Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

Kukira Aku Gabisa Menulis Fiksi Lagi

Aku suka menulis, jelas. Tapi ada persoalan yang aku kira sangat bertentangan namun nyatanya tidak. Persoalan itu kubuat sendiri karena pikiran yang masih dangkal. Tapi setelah ada beberapa hal, aku jadi sadar. Itu bukan sebuah permasalahan. Yang sebenarnya, begini ceritanya. Aku sudah menulis sejak kecil. Menulis dalam artian sebuah cerita. Sebenarnya tidak terlalu kecil, kelas 4 SD lebih tepatnya. Pernah aku menulis sebuah cerita yang ku bayangkan sebagai novel. Padahal itu mungkin tidak sampai 1000 kata. Hanya dalam sebuah buku kecil yang kubuat sendiri dari memotong jadi dua beberapa lembar kertas HVS A4 kemudian kulipat lagi menjadi dua. Aku ingat judul cerita itu terinspirasi dari kelasku dan lingkup pertemananku saat itu, "4 Beast Around The World". Walau sebenarnya maksudku adalah "4 Best Around The World".  Sekilas cerita, saat itu aku sangat percaya diri menuliskan di papan tulis ruang kelasku 4Beast. Kemudian ketika seorang guru datang, dalam in

Tentang Menjadi Muslimah: Ingin dan Angan

Menjadi seorang muslimah itu sebuah kebahagiaan tersendiri. Salah satu aspek menyenangkannya adalah ketika bicara tentang kisah cinta seorang muslimah. Sering kali sebuah cerita yang menjadi impian kisah cinta yang suci itu tentu dari Rasulullah lalu putrinya. Selebihnya tergantung kita sering mendengar kajian tentang cinta atau tidak. Jika sering pasti pernah mendengar tentang sahabat - sahabat Rasul. Tapi ada satu hal yang ingin kubahas lebih dalam lingkup ini, yaitu tentang indah dan lucunya sebuah pasangan yang sepenuhnya suci, baik dari perempuan dan laki laki. Dalam tulisan ini, sudut pandang yang ingin diceritakan adalah dari perempuan, atau setidaknya dariku sendiri. Bukan sok religius atau apa tapi habis membaca novel - novel cinta yang berbau Islam, terdapat rasa betapa malunya sebagai seorang muslimah. Kemudian bertanya, apakah bisa aku sesuci itu sampai dijemput jodoh yang dikirim Allah? Yang terkecil mungkin, adalah tidak ada bentuk sentuhan apapun. Melihat lingkungan a

Javanese

I want to use English in this post. Because this will be talking about the Javanese language. What's the correlation? I don't know. I just want to, or maybe after reading this you will know why. Well, English is one of the languages I can speak okay. I can't say I'm fluent because I'm not - I haven't, still studying-. Because of it, I felt bad if it's talking about a language that I can speak. I am a Javanese but I might speak English better than my traditional language, which is Javanese. I really like being a person who was born in this ethnic group. I like the culture including the language. But at school, I would like to do my English task first more than Javanese. Also, I'd like to use English more than using Javanese. Doesn't that show I liked English more? also, I might be one of the thousands of people who participate in the disappearance of traditional languages. I don't want that to happen to this beautiful one.  Once I've said t

Senyap #2

Dalam kastil megah bergaya Eropa kuno itu banyak rombongan pengunjung sedang berkeliling. Semua terpukau dengan keindahan arsitektur maupun benda dengan ukiran terbaik. Sampai pada sepasang benda yang digantung dalam sebuah lemari kaca. Begitu detailnya boneka kayu itu hingga semua takjub. Salah satunya dari sekolah menengah swasta yang jauh dari kota letak bangunan itu. Rombongan beranggotakan enam belas murid itu mengerubungi seni rupa tersebut. "This puppet is one of the favorite present for the mightiest king this kingdom ever had. Boneka kayu ini tidak ada yang benar - benar tahu pemberinya kecuali Sang Raja sendiri. Bahkan Sang Ratu yang selalu mendampinginya pun tak diberi tahu," jelas sang pemandu rombongan. "Satu - satunya catatan yang diberikan oleh Sang Raja hanyalah bahwa ini buatan tangan dari sosok terkasihnya. Tidak disebutkan perempuan atau lelaki. Dan karena begitu berharganya benda ini hingga tidak ada yang boleh dengan sengaja atau tidak sengaja ber