Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2024

Childhood Memories: When Naruto was One Of My Priority

"Aku bukan Wibu", pernyataan yang pernah seringkali diucapkan di lingkaran pertemananku pada masanya. Seingatku itu terjadi sepanjang tiga tahun terakhir di sekolah dasar dan selama SMP. Padahal, aku sebenarnya bukan orang yang terlalu mengikuti anime, teman-temanku lebih paham. Namun, karena aku ada di situ, ya jadi ngikut dalam berbagai pembahasan tentang anime yang sedang ramai. Disitu aku juga merasakan sebuah perjuangan dan kecintaan yang besar pada suatu hal yang tidak benar-benar nyata, Naruto.  *** Pada saat itu, di rumahku belum ada wifi atau setidaknya 'fasilitas' itu hanya digunakan untuk kebutuhan yang penting. Tidak termasuk mengunduh film, anime, atau segala jenis tontonan hiburan. Sekedar konteks tambahan, pada zaman itu biasanya aku menonton film ketika kakakku ada yang -entah dapat dari mana- punya file film. Pilihan lainnya hanya menonton apapun yang ada di televisi.  Pada satu waktu, sedang masanya Naruto naik daun (yang benar-benar se- booming itu

Diri yang Berkembang: Membuat Daily Planner

Aku bertumbuh. Di saat bersamaan, banyak hal terjadi dan berpengaruh pada bagaimana kehidupan sehari-hariku. Bagaimana aku pernah menjadi idealis dengan kegiatanku, menjadi longgar dan tidak terlalu peduli dengan jadwal harian, menjadi 'yang penting kerjaan selesai', sampai sekarang aku sedang mencoba untuk menertibkan diriku lagi.  Banyak referensi yang mendorong kenapa aku mau mencoba menjadi lebih disiplin dengan diriku sendiri. Salah satu yang memegang peranan penting adalah tentang target dan rencana dalam beberapa waktu kedepan. Target lulus kuliah, misalnya. Beberapa inspirasi dari tokoh-tokoh yang aku tonton di media sosial tapi sebelumnya hanya aku simpan tanpa tindakan.  Sebuah  quotes  yang aku dengar dari Pandji Pragiwaksosno dalam beberapa  podcast  yang beliau kutip juga dari buku orang lain (yang aku lupa siapa).  Disiplin itu Membebaskan  Kak Zhafira Aqila yang sedemikian inspiratif dan salah satu yang beliau coba sebarkan adalah tentang Planner-nya. Vinh Giang,

Diri yang Berkembang: Menjadi Netral?

Aku mau menjadi orang yang baik. Bukankah kita semua bermula dengan memiliki keinginan itu? Atau hanya aku saja? Atau mungkin kita menggunakan istilah yang berbeda untuk definisi yang sama. Atau sebaliknya, kita menggunakan istilah yang sama untuk definisi yang berbeda?  Bagiku, setidaknya saat pertama menuliskan ini, definisi menjadi orang baik adalah yang tidak mengganggu orang lain, dapat diterima, dan menerima. Kalau dipikir kembali, definisi baik menurutku juga masih rancu. Nyatanya, 'baik' mungkin tidak akan memiliki definisi absolut karena itu adalah sebuah persepsi. Lalu, aku membawa pertanyaan ini lebih jauh, "bisakah kita menjadi orang yang netral?" Kalau dipikir definisiku menjadi orang baik itu adalah orang yang selalu netral. Namun jika dipikirkan kembali, kita tidak akan mungkin benar-benar bisa berada di tengah. Manusia itu subjektif. Kita akan selalu dipengaruhi oleh kepercayaan, budaya, dan lingkungan kita.       Pertanyaan dan tulisan ini sudah menja