Childhood Memories: When Naruto was One Of My Priority

"Aku bukan Wibu", pernyataan yang pernah seringkali diucapkan di lingkaran pertemananku pada masanya. Seingatku itu terjadi sepanjang tiga tahun terakhir di sekolah dasar dan selama SMP. Padahal, aku sebenarnya bukan orang yang terlalu mengikuti anime, teman-temanku lebih paham. Namun, karena aku ada di situ, ya jadi ngikut dalam berbagai pembahasan tentang anime yang sedang ramai. Disitu aku juga merasakan sebuah perjuangan dan kecintaan yang besar pada suatu hal yang tidak benar-benar nyata, Naruto. 

***

Pada saat itu, di rumahku belum ada wifi atau setidaknya 'fasilitas' itu hanya digunakan untuk kebutuhan yang penting. Tidak termasuk mengunduh film, anime, atau segala jenis tontonan hiburan. Sekedar konteks tambahan, pada zaman itu biasanya aku menonton film ketika kakakku ada yang -entah dapat dari mana- punya file film. Pilihan lainnya hanya menonton apapun yang ada di televisi. 

Pada satu waktu, sedang masanya Naruto naik daun (yang benar-benar se-booming itu) karena ceritanya mulai masuk perang dunia Shinobi yang terakhir (keempat kalau tidak salah). Itu adalah masa puncak-puncaknya Naruto karena memang menurutku itu masa-masa yang paling seru dan tokoh-tokohnya mulai dewasa (tokohnya terlihat tampan dan berkarisma). Aku ingat sebenarnya di Global TV juga ditayangkan episode-episode terbaru, tapi memang cukup lebih lambat dibandingkan rilisan yang sudah ada di website-website yang beredar. Nah, tapi aku bersama teman-temanku tidak mau tertinggal dan hanya menunggu melalui televisi. Akhirnya, aku mengikuti official account di Line (aku lupa nama persisnya apa) yang paling update tentang tautan untuk mengunduh Naruto dengan subtitle Bahasa Indonesia. 

Aku tidak ingat persis kapan mulanya benar-benar mengikuti Naruto Shippuden itu. Seingatku awalnya hanya mengikuti sekilas dan seadanya yang ada di televisi. Mungkin karena memang sedang sangat ramai dan lingkaran pertemananku termasuk yang cukup (sangat) update tentang anime, jadinya mereka membicarakan itu antusias sekali. Akupun yang awalnya hanya mengikuti tidak terlalu intens jadi tertarik untuk ikut menonton realtime. Akhirnya, -mungkin dari merekalah aku juga mendapatkan OA Line Naruto itu- mulailah aku mengunduh setiap episode yang dirilis setiap minggu. Namun, seperti yang aku katakan di awal, tidak ada wifi di rumah atau di sekolah yang bisa (berani) aku gunakan untuk mengunduh satu episode setiap minggu. Nah, disitulah perjuanganku untuk Naruto dimulai.

Saat itu handphoneku adalah Samsung Galaxy yang seharga sekitar satu jutaan (yang aku beli dari hadiah UN ketika SD) dengan memori 32 GB. Aku diberi fasilitas paket internet satu bulan sebesar kurang lebih 3 GB untuk kebutuhan sekolah dan hiburan (kalau tidak salah saat itu aku menggunakan Youtube). Alhamdulillah-nya, memoriku masih belum terlalu banyak terpakai oleh aplikasi-aplikasi lain, jadi masih bisa digunakan untuk menyimpan beberapa MP4 Naruto. Aku mulai dengan membuka link download untuk melihat seberapa besar ukuran satu episode dengan resolusi 480p. Aku mendapati ukurannya sekitar 300-400 an MB per episode sehingga aku mengalkulasikan jumlah internet yang harus aku hemat dalam satu minggu jika ingin mengunduh satu episode. Akhirnya aku mencoba sangat membatasi menonton Youtube di HP-ku. 

Aku berhasil! 

Aku mengunduh hampir seluruh episode Naruto Shippuden di masa Perang Dunia Shinobi Keempat dari episode 200-an sampai 400-an tanpa pernah meminta paketan internet sebelum satu bulan masa aktifnya. Aku juga mendapatkan sebuah flashdisk sebagai 'angpau' hari raya yang kemudian salah satu fungsinya untuk menyimpan semua episode yang sudah kuunduh. Sebuah kebanggaan tersendiri buatku yang bisa memperjuangkan untuk mengikuti perkembangan perang dunia yang berisikan tokoh-tokoh yang sempat sangat kusukai. 

Aku senang bisa benar-benar ikut dalam obrolan tentang apa yang terjadi di episode yang baru rilis. Aku sangat menyukai Minato dan Naruto saat itu. Aku sangat menyukai ketika keempat hokage dihidupkan kembali. Perang melawan Obito yang telah menampung ekor sepuluh dan Madara. Perjuangan Naruto bersama Minato menggabungkan energi Kurama yang ada di mereka berdua. Sampai akhirnya Naruto dan Sasuke melawan satu sama lain dan kehilangan sebelah tangan  (tolong koreksi kalau salah, aku sudah lupa). Wah, itu seru sekali. 

***

Berita sedihnya adalah, flashdisk itu hilang satu tahun setelah Naruto Shippuden tamat. Dia hilang karena aku gunakan untuk mengumpulkan berkas lomba esai Green School Festival (Sekolah Adiwiyata) yang dengan cerobohnya tidak aku minta pindahkan ke flashdisk yang digunakan untuk mengumpulkan semua berkas lomba oleh sekolah secara kolektif. Aku tidak terlalu mempermasalahkan bendanya, tapi lebih pada perjuanganku selama beberapa bulan menghemat penggunaan paket internet telah hilang. Akupun tidak menemukan lagi tempat untuk mengunduh seluruh episode itu karena sudah tertumpuk dengan anime-anime baru. 

Yah, dari tulisan inilah kuabadikan perjuanganku saat itu. Menurutku itu menarik sekali, aku pernah seberdedikasi itu di masa remaja untuk menurunkan keinginan untuk satu hal untuk yang menurutku lebih pantas untuk diperjuangkan. Sekarang jadi berpikir kembali adakah yang sedang aku perjuangkan dengan menekan nafsu untuk hal lainnya? 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Childhood Memories: JKT 48

Childhood Memories: Acting!

Diri yang Berkembang: Peran