Tentang Menjadi Muslimah: Tokoh Penting Hidup sampai Akhir

Dulu, aku seringkali punya pikiran begini, 

Mana mungkin orang-orang penting akan hidup sampai akhir seperti dalam berbagai film, drama, dan novel. 

Pemikiran itu terlintas dewasa ini sesudah terpapar banyak konten hiburan yang berisi tentang zaman kerajaan. Biasanya kemenangan dan kehidupan yang lebih stabil didapatkan sesudah melalui peperangan. Aku selalu merasa tidak realistis ketika semua tokoh penting tetap hidup sampai mendapatkan kemenangan. Hingga sampai pada sebuah buku yang aku pinjam dari seorang teman tentang sejarah Islam. Buku yang aku baca itu membawaku pada sebuah perenungan. Kesimpulan bahwa tokoh-tokoh penting bertahan sampai akhir itu nyata adanya. Tidak ada yang tidak realistis dari hal itu. Tidak hanya kisah fiktif yang membuat hampir semua tokoh baik hidup sampai masa kejayaan. 

***

Pada saat itu di tengah proses skripsian, aku prokrastinasi dengan mencari berbagai hal yang bisa dilakukan selain menulis tugas akhir itu. Pelarian yang cukup mudah dan tidak perlu menguras otak adalah membaca cerita-cerita ringan yang ada di Wattpad. Hingga akhirnya aku merasa perlu mengalihkan diri dari aplikasi itu, aku mencoba berhenti. Meskipun, pada akhirnya aku mencari sumber cerita-cerita menarik dari media lain, yaitu drama Cina. Ada juga seorang teman yang memberikan rekomendasi sebuah drama Cina berlatar kerajaan yang akhirnya menarikku untuk menontonnya. Biasanya, aku tidak terlalu betah dengan menonton drama Cina karena memiliki episode yang banyak. Namun, penggambaran tokoh dan konflik di dalamnya menarik hingga membuatku bertahan sampai selesai. Masalahnya, aku merasa menonton itu sama bahkan terkadang lebih banyak menghabiskan waktuku jauh dari skripsi. Akhirnya, di sela-sela menonton drama itu aku mencoba mencari kegiatan lain yang sekiranya menarik tapi tidak menghabiskan seharian untuk melakukannya. Pilihan terbaik saat itu adalah membaca buku cetak yang butuh kondisi tertentu untuk bisa fokus. Setidaknya, bagiku membaca buku cetak berbeda dengan membaca novel daring karena butuh pencahayaan ruangan yang pas dan suasana yang mendukung. Terutama buatku yang sudah lama tidak membaca buku cetak saat itu, aku merasa bahwa butuh effort lebih untuk bisa fokus dan membangun imajinasi.  

Buku yang aku baca berjudul The Untold Islamic History oleh Edgar Hamas. Sebuah buku yang sebenarnya sudah kupinjam beberapa bulan sebelumnya. Butuh waktu lama untuk benar-benar membaca seluruh bab yang ada. Padahal, buku itu tidak terlalu tebal dan sangat mudah dibaca untuk ukuran sebuah buku yang berisi tentang sejarah. Penyebabnya kembali pada permasalahan yang aku sampaikan sebelumnya, aku terlena pada bacaan novel daring yang ceritanya cenderung ringan dan berlatar dunia modern saat ini. Buku tentang sejarah itu seolah terlihat sulit untuk diimajinasikan dan dibangun suasananya. Akhirnya sesudah tertumpuk di atas lemari untuk beberapa waktu, aku yang merasa perlu segera mengembalikan buku itu memilih untuk membaca buku itu sebagai peralihan dari novel daring dan drama Cina. Entah ini adalah sebuah hal baik atau tidak, tapi referensi dari baru menonton drama yang memiliki adegan perang membuatku lebih mudah untuk membangun imajinasi tentang dunia yang diceritakan dalam buku itu.

Bagian yang sangat menarik dan membawaku pada perenungan tentang 'tokoh penting bertahan sampai akhir' itu aku dapatkan dari cerita perang Uhud. Perang yang memberikan kerugian besar bagi umat Muslim pada saat itu. Dengan ingatan pada gambaran peperangan di drama Cina sebelumnya, aku jadi lebih bisa membangkitkan kembali perasaan menggebu-gebu ketika membaca tentang sebuah peperangan. Aku bisa membayangkannya dengan lebih jelas dalam kepalaku. Suara panah yang beterbangan menembus pertahanan pertama musuh. Suara pedang beradu, dan perasaan tegang ketika menunggu peperangan menang. 

Sayangnya, perang itu tidak dimenangkan. Meskipun ketika ditelaah lebih mendalam, dalam buku itu dinyatakan bahwa perang Uhud memang membawa kerugian tetapi tidak benar-benar terjadi kekalahan. Salah satu peristiwa yang sangat menyedihkan dalam perang itu adalah meninggalnya Hamzah, salah satu paman Rasul. Peristiwa itu memang menyebabkan kehilangan salah satu sahabat yang aku kenali. Namun selain Hamzah, masih banyak sahabat-sahabat lainnya yang bertahan. Bahwa salah satu sahabat terdekatnya Rasul, Abu Bakar, selalu membersamainya. Juga banyak tokoh-tokoh penting (atau yang setidaknya para sahabat yang aku ketahui) masih hidup dan bertahan sampai akhir. Nyatanya, cerita tentang bagaimana tokoh-tokoh penting bertahan sampai akhir dan hidup setelah melalui peperangan yang besar itu benar-benar terjadi. Bahkan lebih kerennya adalah tidak lama setelah perang itu, kaum muslimin bisa menghalau serangan yang direncanakan oleh kaum Quraish kembali. 

Kisah-kisah itu ada dalam sejarah Islam. Bukan sekedar sejarah dan cerita fiktif pada latar belakang kerajaan-kerajaan Cina dan Eropa melainkan benar-benar pasukan kaum muslimin. Para sahabat yang hidup bahkan sampai masa sesudah meninggalnya Sang Kekasih Allah seperti keempat Khulafaur Rasyidin. Mereka adalah pemeran penting dalam sejarah Islam pasca Nabi Terakhir. Bahkan seorang pemimpin musuh pada perang Uhud ada yang akhirnya justru menjadi salah satu panglima perang yang paling ditakuti musuh-musuh kaum muslimin. 

***

Dari sinilah aku juga disadarkan bahwa banyak sekali yang belum aku ketahui dari sejarah para Nabi dan Rasul maupun Islam pasca meninggalnya Nabi Muhammad. Aku perlu menyelami Sirah Nabawi dengan benar, tidak hanya sekedar potongan-potongan cerita tentang peristiwa tertentu. Pasti masih banyak sekali kisah yang menggambarkan proses perjuangan yang tidak kalah menarik. Terutama di saat-saat dunia sedang di fase yang siaga perang ini, tentunya menyelami kembali bagaimana perjuangan umat Islam terdahulu perlu menjadi sumber penyemangat kembali. Bagiku yang lebih tergerak melalui cerita dibandingkan ungkapan atau narasi-narasi yang to the point, sangat perlu untuk kembali membaca kisah-kisah ini.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Childhood Memories: Acting!

Diri yang Berkembang: Menjadi Netral?

Childhood Memories: When Naruto was One Of My Priority