Childhood Memories: I Was a Karate Athlete

Aku pernah membawa medali tapi juga pernah K.O. di pertandingan. Aku dijuluki Putri Solo karena terlihat lemah lembut diantara atlet yang harus terlihat gagah berani. Dua hal itu yang sangat kuingat tentang menjadi seorang Atlet Karate -dulu.

***

Semuanya bermula ketika aku kelas 3 di sebuah sekolah swasta. Di tahun itu tiba - tiba ada ekstrakurikuler baru yaitu Karate dan kalau aku tidak salah ingat ekskul ini wajib untuk diikuti mulai dari angkatanku. Aku tidak terlalu ingat bagaimana aku menanggapi hal ini dulu tapi sepertinya aku cukup excited karena ayahku pernah bercerita beliau juga pernah menjadi seorang atlet bela diri. 

Club dan awal semuanya. Setiap bela diri pasti memiliki suatu perkumpulan atau club sesuai dengan instansi yang menanunginya, mulanya SDku masih berada satu Club dengan UKM Universitas dimana yayasan sekolahku tergabung. Yang kemudian karena itu, beberapa anak yang terpilih atau bersedia untuk lebih intensif latihan Karate akan dirujuk ke UKM Universitas, dan aku salah satu anak yang dianjurkan ikut oleh orang tuaku. 

Aku tak begitu ingat awal mula sekolahku mulai memiliki club sendiri yang lepas dari Universitas melainkan gabungan dari Atlet SD, SMP dan SMA satu yayasan namun pengajarnya tetap dari sana. Ketika itu aku jadi memiliki banyak kenalan dan rasanya seperti sebuah lingkungan baru dimana aku merasa di'elu - elukan' oleh kakak - kakak juga salah satu Senpai -tidak ada guru kami yang dipanggil sensei saat itu-. Kami berlatih bersama, diklat, dan persiapan banyak hal bersama. Semuanya terasa begitu menyenangkan sekaligus menguatkan. Rasanya cukup dekat antar sesama bahkan dengan teman kakakku (karena salah satu  kakakku sekolah di SMP yayasan yang sama) dan lebih nyaman dibanding ketika harus latihan bersama dengan mahasiswa.  Aku yang pada saat itu menjadi salah satu angkatan pertama di SD juga merasa memiliki lebih banyak kenalan dengan adik kelas ketika ekskulnya mulai banyak diminati dan tidak lagi diwajibkan. 

Diklat. Dalam perjalananku menjadi seorang karate-ka tentu beberapa kali harus mengikuti diklat untuk pelantikan sabuk dan entah aku lupa mungkin ada alasan lain diadakan. Aku ingat aku pernah mengalami beberapa hal lucu ketika kuingat kembali namun pada saat itu terasa menyeramkan bahkan memalukan. Diklat itu berangkat dan pulangnya selalu menggunakan truk terbuka dimana kami semua harus berdiri atau bisa saja duduk tapi pada saat itu semuanya lebih memilih berdiri, lebih seru rasanya. Lokasinya selalu di tempat alam seperti di area Coban sekitar Malang Raya. Sehingga perjalanan yang berkelok - kelok membuat kami harus menjaga keseimbangan.  Diklat itu biasanya dilaksanakan selama 3 hari dua malam ketika weekend. Kegiatannya ada pembukaan tentunya, latihan, penguatan mental, pelantikan sabuk, dan beberapa kegiatan lainnya. Dan kalau di Coban pastinya ada waktu bisa bermain air, tapi tidak langsung. 

Biasanya sebelum menuju air terjunnya kita harus melalui beberapa pos untuk penguatan mental sekaligus fisik. Itu juga dilaksanakan ketika pagi sehingga udaranya masih cenderung dingin ditambah lagi airnya yang rasanya seperti bisa membekukan. Nah, karena itu sebelum kami siap menghadapi dinginnya air kami dilatih agar tubuh kami melawan rasa itu hingga bisa bermain lebih leluasa. Bahkan sebelum sampai pada sumber itu kita terkadang harus push up ditengah aliran air sungai. Aku ingat saat itu sempat merasa takut tentang apa yang harus kami lakukan di pos selanjutnya namun semuanya berakhir menyenangkan. 

Lomba. Aku beberapa kali mengikuti lomba dan yang paling berkesan tentu adalah dimana aku mendapat medali pertama dan terakhir di SD. Itu adalah pertandingan yang diselenggarakan di Kediri. Aku ingat kami tinggal bersama di komplek kos - kosan yang menghadap sawah yang jika mengikuti jalan diantaranya kami bisa sampai di GOR tempat pertandingan. Banyak kenangan lucu seperti, aku selesai makan terakhir karena porsi nasi kotaknya sangat banyak (karena aku diajarkan untuk selalu menghabiskan makanan yang adalah milikku), aku mandi pagi ketika seharusnya senam dulu, dan kasur angin yang dibawa salah satu dari rombongan ternyata bocor dan berakhir harus menambal dan tidur dengan angin yang dijaga tidak sampai habis keesokan paginya. Dan Hari itu, hari dimana aku di dalam arena pertandingan berakhir tidak bisa melanjutkan karena mimisan di tengah kompetisi. Kalau kata Senpai ku aku terlihat berani kemudian tiba - tiba mimisan dan aku bersikeras tetap melanjutkan ketika dianggap sudah berhenti darahnya. Namun ketika aku sudah siap kembali ternyata darahnya mengalir lagi hingga senpai ku meminta tidak usah dilanjutkan saja. Saat itu aku sudah di posisi juara 3 sehingga tidak lanjut pun kami tetap membawa medali. Padahal niatnya adalah aku akan berhadapan dengan temanku yang ada di kategori pertandingan sama tapi nyatanya aku berakhir di peringkat ketiga. 

Sejujurnya ada banyak potongan kenangan indah tentang mengikuti karate di SD tapi semua itu terpecah belah dan aku tidak tahu bagaimana menceritakannya disini. Semuanya adalah memori yang tidak bersinambungan. Disini semuanya masih sangat umum dan hanya bagian terakhir yang menggambarkan tentang pengalamanku. Tapi sepertinya kali ini itu saja dulu yang mau kuceritakan tentang kenangan masa kecilku sebagai seorang atlet Karate. Dan satu hal lagi aku sudah tidak mengikuti karate -setidaknya saat ini ditulis. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Childhood Memories: JKT 48

Tentang Menjadi Muslimah: Ikhlas

Diri yang Berkembang: Peran