This Whole Three Years in High School #1

Tiga tahun adalah waktu yang tidak singkat namun terasa cepat dalam waktu bersamaan. Terutama karena situasi pandemi yang terjadi di tahun terakhir yang memaksa untuk sekolah dari rumah saja. Kehidupan SMA ku cukup berkesan untuk menjadi cerita yang dapat dikenang sampai waktu yang tidak ditentukan. Semoga saja melalui apa yang kutulis, kamu bisa memahami seberapa kenangan itu manis dan pahit. 

Kelas 10 adalah sebuah permulaan yang memberikan beberapa peristiwa lucu, mengesalkan, memalukan, dan mengharukan. Masa ini adalah percobaan bagiku untuk melakukan banyak hal. Mulai dari hal tak terduga mengenai diriku yang kembali satu kelas dengan dua teman yang selalu menjadi saingan dalam hal nilai di SD sampai pada aku menemukan kerumitan kisah cinta yang terjalin sesama teman sekelas. Itu termasuk masa-masa paling indah yang tertanam dalam ingatanku dan kurasa ingin kukenang seterusnya melalui tulisan ini. 

Semua siswa pasti memulai sekolah dengan yang namanya MPLS atau MOS. Sekolahku melaksanakannya selama tiga hari. Dari situ aku memulai dengan sangat pendiam dan penurut, mengikuti apa kata temanku harus membantu apa. Awalnya pikirku hanyalah bahwa aku terlibat sesuai apa yang diminta, terlalu malu untuk memulai bicara terlebih dahulu. Aku mengingat beberapa teman kelompok MPLS saat itu, yang kemudian ada yang masih saling sapa sampai akhir SMA atau yang sepenuhnya kulupakan bahwa kita pernah satu lingkup kelas. Kelompokku termasuk yang sangat biasa menurutku, inagurasi hanya menampilkan nyanyian, mengikuti usulan yang paling lantang digaungkan seorang teman laki-laki. Padahal yang lainnya sangat beragam dan rasanya tak pernah terpikirkan kelompokku atau mungkin hanya tak ingin meribetkan diri. Ketika kelompok lainnya melakukan latihan di luar jam sekolah, aku ingat kakak pendamping kami sempat menanyakan yang pada akhirnya tidak kami laksanakan. Kami hanya berlatih di sekolah ketika waktu sedang senggang sebelum inagurasi. 

Setelah tiga hari yang menegangkan, kami akhirnya mendapatkan kelas yang akan bersama selama tiga tahun di masa SMA. Aku yang saat itu masih sangat pasif hanya mengikuti teman dekat dari SD yang akhirnya sekelas. Di dalam kelas itu sangat beragam, dari si anak yang selalu aktif menjawab ketika MPLS sampai dijuluki Juru Bicara sampai anak yang dikenal karena keberaniannya mengatakan di depan semua orang bahwa dia masuk di SMA itu karena permintaan orang tua. Sungguh lucu first impression anggota kelasku. Permulaan itu kemudian terus berkembang hingga kami bisa mulai akrab satu sama lain. Mulailah adanya kisah cinta antar teman sekelas. Kisah-kisah ini ada yang berawal dari keisengan hingga yang terjalin secara sengaja dari salah satu pihak. Tak hanya itu, kami juga mulai sekilas saling memahami keunggulan dari masing-masing anggota. Ada yang terlihat datar tapi ternyata sangat pintar, ada yang memang sudah menonjol dengan kecerdasannya, ada yang memang ahlinya bagian design, dan banyak lagi. Aku pribadi menjadi seorang sekretaris di kelas yang juga dikenal dengan suara cemprengnya. Selain itu, kurasa teman-temanku mengetahuiku sebagai yang jarang menolak disuruh melakukan sesuatu. Aku juga mau mengedit tugas proyek cerpen kami yang akhirnya terbit menjadi buku bersama beberapa teman lainnya. 

Pada tahun pertama itu, ada juga pengalaman yang menguji kekompakan kami. Persiapan seleksi pentas seni hingga classmeeting adalah yang paling menonjol menurutku. Seleksi pentas seni ini kami hadapi dengan penuh ambisi untuk bisa sampai tahap puncak. Latihan yang berlangsung selama berbulan-bulan membawa kami mewujudkan itu yang tentunya memiliki banyak drama di dalamnya. Mulai dari anggapan bahwa kelas kami tidak disukai hingga membuat banyak anggota keals kami tiba-tiba sakit di hari-H sampai ketika kami membuat panggung bergetar ketika rehearsal. Selama proses latihan itu pula kami melewati drama tidak tepat waktu, kebingungan mencari tempat latihan, tangisan, amarah, dan sebagainya. Semua itu menjadi kenangan tersendiri, khususnya bagiku yang sebenarnya salah satu anak yang jarang pulang malam karena acara sekolah. Beralih ke masa classmeeting, aku ingat kami mencoba menjadi supporter yang ramai. Ada juga pengalaman yang belum aku sampaikan di atas, yaitu Bedhol yang juga menguji kekompakan kami. Di masa itu, kami dengan mudah bercanda bersama, berbagi ke-garing-an, bermain dan sebagainya. Itu adalah pertama kalinya bagi kami tinggal di desa selama tiga hari bersama-sama. Dari situ kami juga semakin mengakrabkan diri.  

Aku tidak ingat bagaimana kami mengakhiri tahun pertama itu. Yang jelas, ada banyak pengalaman yang kami hadapi bersama-sama yang juga berlanjut di tahun-tahun selanjutnya. Ada banyak cerita menarik yang mungkin akan aku update dikemudian hari ketika aku ingat. Setidaknya ini adalah sedikit gambaran yang terlintas untuk aku tulis saat ini. Tahun kedua dan ketiga akan segera aku ceritakan juga dengan judul sama #2 atau #3.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Childhood Memories: JKT 48

Tentang Menjadi Muslimah: Ikhlas

Diri yang Berkembang: Peran