What does it really feels like?

Menjadi seorang manusia adalah dengan memiliki perasaan pada diri sendiri dan orang lain. Senang, sedih, simpati, empati, rindu, marah, dan mungkin masih ada banyak jenis perasaan lainnya. Semuanya normal dirasakan oleh manusia dan justru aneh jika tidak mengalaminya. Bentuk dari perasaan ini berupa keadaan mental yang kemudian ditunjukkan dengan perilaku kita. Tapi pernahkah kamu begitu bingung dengan apa yang sebenarnya kamu rasakan? Atau justru merasa bingung "kenapa aku tidak merasakan apa yang dirasakan orang lain? kenapa aku tidak melakukan sesuatu padahal situasi yang dihadapi sama?"


Sebenarnya ini adalah keresahan pribadi yang aku miliki. Pertanyaan tentang ini mulai timbul sejak SMA dan semakin besar ketika aku mulai kuliah di jurusan Psikologi. Begitu banyak yang aku tangkap dalam menghadapi suatu peristiwa sampai perasaan itu semakin tidak menentu dapat dideskripsikan dengan apa. Keresahan ini semakin membingungkan hingga aku akhirnya ingin meluruskan beberapa diantaranya dengan membuat struktur dari perasaanku melalui penulisan ini. 


Peristiwa terbaru yang membuatku tersentak kembali dalam renungan ini adalah ketika salah seorang teman kuliahku menyampaikan akan mengundurkan diri dan berjuang untuk kuliah di jurusan lain tahun depan. Aku awalnya berpikir bahwa sudah cukup akrab di dalam perbincangan di kelas, pernah tergabung dalam satu kelompok beberapa kali dan itu salah satu pengalaman tugas kelompok yang menyenangkan. Tapi ketika dia tiba-tiba berkata akan mengundurkan diri di grup kelas, aku tidak tahu apa yang aku rasakan. Apakah sedih, kecewa, ikut senang dia bisa mengambil keputusan menggapai mimpinya atau bagaimana? Aku akhirnya memilih untuk tidak membalas bahasan itu, hanya diam dan membaca teman-teman lainnya memberikan dukungan dan menyampaikan kesedihan akan kehilangan sosok yang sudah memberikan kenangan baik yang telah dibangun bersama-sama. Pada akhirnya ketika membaca tanggapan mereka, aku justru hampir menangis. Perasaan itu semakin membingungkan. Kenapa aku menangis? Apakah karena aku ikut sedih akan kehilangan salah satu teman dalam konteks tersebut atau aku sedih karena aku tidak merasakan apa-apa terhadap kepergiannya? Pertanyaan kedua itu membawaku pada pertanyaan lainnya berupa, “apakah aku normal merasa seperti ini?”


Ketika memikirkan tentang itu, kilasan peristiwa-peristiwa lain mulai kembali dalam ingatanku. Salah satunya adalah kenangan masa kecil ketika kedua orang tuaku berangkat haji selama kurang lebih 40 hari. Aku yang masih kecil seumur anak SD dengan berbagai fantasi tentang perasaan bernama rindu dan bagaimana menunjukkannya. Sumber imajinasiku adalah berbagai tontonan yang ada di TV, rindu adalah dengan menunggu di depan rumah meratapi melihat langit sambil memikirkan orang yang dirindukan, saat itu orang tuaku. Aku benar-benar melakukan itu, tetapi aku tidak begitu ingat bagaimana perasaanku saat itu. Ketika memikirkannya kembali saat ini, aku jadi berpikir, "apakah aku hanya membuat-buat perasaan rindu karena aku ingin terlihat seperti yang ada di tontonan yang aku lihat?" lalu “bagaimana sebenarnya perasaan rindu itu?”


Dua peristiwa itu yang paling membekas saat ini meskipun sebenarnya ada beberapa kejadian lain yang kenyataannya lebih besar dampaknya pada dinamika perasaanku. Perasaan yang membingungkan itu selalu berhubungan dengan orang lain yang mungkin dirumitkan oleh diriku sendiri. Melalui tulisan ini aku mencoba mengurai sebisaku bahkan meskipun masih berupa pertanyaan kembali. Setidaknya, aku sudah mencoba. Bagaimana menurut kalian, apakah aku hanya memperumitnya di dalam tulisan ini atau ini memang bentuk meluruskan perasaanku?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Childhood Memories: JKT 48

Tentang Menjadi Muslimah: Ikhlas

Diri yang Berkembang: Peran