Childhood Memories: JKT 48

Kelas 4 Sekolah Dasar, pertama kali ada tugas seni budaya yang mengharuskan tampil menari dan menyanyi sebagai salah satu tugas besar di semester itu. Pada saat yang bersamaan, masa-masa itu sedang ramai-ramainya JKT 48. Disinilah bermula cerita aku yang sangat percaya diri tampil di depan kelas bersama tiga teman lainnya membawakan tarian dan nyanyian dari girlband beranggotakan sangat banyak orang itu. 

***

Guruku saat itu adalah salah satu yang masih sangat muda tapi kami anggap cukup strict dengan nilai. Diberikannya kami tugas untuk menampilkan sebuah tarian modern di depan kelas dengan tidak adanya kriteria spesifik. Kami kemudian diberikan kebebasan untuk membentuk kelompok beranggotakan 4-6 siswa. Bersama dengan ketiga teman dekatku, aku akhirnya menjadi satu kelompok dengan cepat. 

Awalnya kami masih clueless tentang apa yang kiranya akan ditampilkan. Pada saat itu kami pun mendengar kelas lain sudah mendapatkan arahan terkait tugas yang sama. Kami penasaran. Siapa tahu kelas sebelah punya informasi tambahan tentang tugas ini hingga kami akhirnya saling berbagi informasi. Ada rumor yang beredar bahwa, jika kita bisa tampil menari sekaligus bernyanyi, maka nilai kami akan jauh lebih baik. Yah, dengan bayangan akan nilai yang bagus, kami akhirnya memantapkan diri untuk tampil dengan suara kami sendiri sembari bernyanyi layaknya girlband-girlband yang sesungguhnya. 

Sebelum sempat kami mendiskusikan lebih lanjut, aku memiliki pikiran untuk membuat sebuah koreografi dengan lagu Agnes Monica yang sedang hits pada jaman itu. Lagu yang sebenarnya ada koreografinya, tetapi aku rasa terlalu sulit dan tidak ada video dance practice seperti yang mudah diakses di zaman sekarang. Pertimbangan itu membawa pada pemikiran untuk membuat sendiri sebuah koreografi dan merekamnya langsung secara spontan. Dengan berbekal instrumen lagu dan kamera tua, aku menari di  ruang tengah rumahku ketika tidak ada orang. Aku tidak membuatnya dengan hitungan dan tempo lagu melainkan gerakan acak yang hanya berdasarkan dentunam musiknya. Rasanya diriku sangat keren pada saat itu.

Kepercayaan diri itu nyatanya tidak muncul saat ada di sekolah. Aku bersama ketiga teman dekat sekaligus kelompokku mendiskusikan apa yang bisa kita tampilkan. Meskipun terbesit dalam hati untuk mengatakan, "aku sudah membuat koreografi!", kalimat serupa tidak pernah aku ucapkan. Hingga akhirnya diskusi kami memunculkan sebuah hasil yang lebih jelas dan berdasarkan kesepakatan bersama. Lagu yang paling populer saat kami kelas empat dari gilrband JKT-48. JKT-48 saat itu juga girlband yang paling diikuti atau setidaknya di lingkup pertemananku. Pilihan yang paling tepat karena memang kami semua menyukainya.

Heavy Rotation versi JKT-48  

Sejak hari itu kami berlatih, bernyanyi sambil menari, mencoba memhamai arti lagunya agar setidaknya gerakan yang kami hafalkan tidak perlu persis saat mendapatkan giliran menyanyi. Kami membagi bait-bait dalam lagu agar sama rata kecuali chorus yang pastinya kita nyanyikan bersama. Tariannya kami pelajari dari video resmi milik JKT-48 yang ada di YouTube. Membuat formasi dan perubahan posisinya. Rasanya kami sudah menjadi versi terbaik dari memanajeri dan melatih satu sama lain. Tidak ada perebutan siapa mau ada di posisi apa atau mendapatkan bagian yang mana. 

Hari untuk tampil akhirnya tiba. Berempat kami maju dengan seragam sekolah (tidak perlu membayangkan kami menggunakan kostum atau sejenisnya, kami masih bermodalkan imajinasi dan percaya diri). Menata posisi dengan formasi empat orang, kami memulai berlatarkan instrumen lagu dengan lirik yang volumenya sangat kecil, bahkan nyaris tidak terdengar. Sambil menari, kami menanyikan tiap liriknya dengan jelas kata-perkata.  

One, Two! 
One, Two, Three, Four!

I want you (I want you)
I need you (I need you)
I love you (I love you)
Di dalam benakku
Keras berbunyi irama music
Heavy Rotation

(Bagianku)
Seperti popcorn yang meletup-letup
Kata-kata suka menari-nari
Wajahmu suaramu selalu kuingat
Membuatku menjadi tergila-gila

Oh senangnya miliki perasaan ini
Ku sangat merasa beruntung

Sampai habis satu lagu penuh, kami berakhir ngos-ngosan. Meskipun begitu, kami kembali ke tempat duduk dengan tersenyum dan merasa sangat keren. Tidak ada penyesalan atas penampilan yang kami berikan. Atau mungkin sedikit, tapi seingatku aku tidak merasa malu untuk suatu hal yang besar. Aku tidak merasa bahwa suaraku atau tarianku aneh. Aku merasa bangga. Aku dan teman-temanku sudah menampilkan yang terbaik. 

Yah, walaupun kalau dipikirkan saat ini aku malu, tetapi bukankah masa kecil itu tempatnya tidak terlalu memikirkan pendapat orang lain selama tidak kelewat batas. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Menjadi Muslimah: Ikhlas

Diri yang Berkembang: Peran