Tentang Menjadi Muslimah: Berjamaah

Sebagai seorang muslim-muslimah kita pasti sering sholat di masjid. Akan sangat aneh jika kita yang hidup di lingkungan yang cukup mudah mengakses masjid atau setidaknya mushola tidak pernah melaksanakan sholat di sana. Kali ini ada pengalaman dan keresahanku sebagai seorang pengguna masjid. Tentang  perbedaan yang cukup sering kulihat di area perempuan dan laki-laki. 

Sholat berjamaah

***

Setiap kali memasuki masjid untuk sholat fardhu, sering aku mendapati pemandangan yang mirip terutama ketika tidak di awal waktu. Banyak orang yang melaksanakan sholat sendiri di area perempuan. Berbeda dengan apa yang biasanya kulihat di area laki-laki yang setidaknya ada satu jamaah sedang berlangsung. Biasanya dari jamaah yang hanya dua-tiga orang sangat mungkin untuk menjadi lebih banyak. Laki-laki juga lebih mungkin untuk menepuk orang lain yang sedang sholat meskipun tidak kenal dibandingkan perempuan. Ini adalah sebuah perbedaan yang bisa kuamati diantara kedua gender dalam hal sholat di tempat umum. 

Ada juga pengalamanku yang lain ketika bersama dengan temanku di kampus. Aku mencoba mengajaknya untuk melakukan sholat berjamaah tetapi justru mendapat penolakan halus. Di lain kesempatan ketika aku melihat ada jamaah perempuan yang hanya terdiri dari dua-tiga orang, mereka biasanya ada di area yang cukup pinggir sehingga sulit ditemukan kecuali memang melihat sekeliling. 

Selama ini aku tidak terlalu memikirkannya karena menganggap itu biasa. Namun, baru beberapa hari lalu ada sebuah ucapan yang tercetus dari temanku ketika sedang beramai-ramai menuju masjid untuk sholat. Diantara kami ada banyak perempuan dan hanya dua laki-laki beriringan menuju masjid kampus di awal waktu. Tentunya dalam kesempatan itu pasti akan ada jamaah yang mulai langsung setelah iqamah tetapi saat itu adzan baru selesai. Dalam perjalanan ke masjid kami berbincang tentang ingin segera sholat karena waktu istirahat kami tidak panjang. Temanku yang laki-laki mengucapkan sebuah kalimat kurang lebih seperti ini, "kalau laki-laki mau sholat sendiri sungkan". 

Itu memunculkan pertanyaan dalam diriku mengapa pemikiran seperti itu hanya dirasakan laki-laki? Kenapa laki-laki ketika ingin sholat sendiri ketika sudah ada jamaah merasa sungkan sedangkan perempuan bahkan di awal waktu dengan mudahnya melaksanakan sholat terlebih dulu dan sendiri? Pertanyaan itu merembet lagi pada hal-hal lain yang kurasakan selama ini. Kenapa lebih mudah bagi laki-laki untuk mengajak orang yang tidak dikenalnya sholat berjamaah dibandingkan perempuan? Bahkan sesama yang saling mengenal antara perempuan juga lebih jarang ada yang berani mengajak berjamaah. 

Kegelisahan itu aku tumpahkan disini dengan intensi sekaligus bertanya pada diriku. Kenapa aku dalam banyak kesempatan juga tidak berani? 

Aku membawa topik ini dalam sebuah diskusi dengan seorang teman sebelum menuliskannya. Dari diskusi itu muncul sebuah jawaban atau bisa dikatakan hipotesis sementara. 
Laki-laki itu fitrahnya menjadi imam, diajarkan untuk memimpin sejak kecil. Entah itu imam bagi perempuan maupun imam di dalam sebuah kelompok. Hubungannya dengan sholat berjamaah menurutku adalah dengan adanya kesadaran akan fitrah itu, mereka merasa harus ada yang memimpin entah itu diri mereka sendiri atau orang lain. Mereka (mungkin) menganggap bahwa setidaknya semua laki-laki juga memiliki kesiapan dan kesadaran akan fitrah itu. Berbeda dengan perempuan, kita lebih sering diajarkan tentang diri kita sendiri dibandingkan keharusan untuk juga siap menjadi imam (dalam kelompok perempuan). Di sisi lain, perempuan lebih sering berasumsi dengan konteks yang negatif. Seperti tidak mau dianggap terlalu alim dengan mengajak berjamaah secara langsung atau menepuk ketika ada orang lain yang sudah memulai sholatnya. Alasan lain lebih memilih sholat sendiri sejujurnya aku juga masih bingung. Mungkinkah karena terbiasa melihat orang lain banyak yang sholat sendiri, maka aku akhirnya memilih untuk sholat sendiri juga?

Gagasan lainnya dariku kaitannya juga dengan perbedaan interaksi laki-laki dan perempuan secara umum. Laki-laki seringkali bisa berbaur lebih mudah dengan laki-laki lain yang belum dikenalnya. Perempuan cenderung bersama dengan orang yang sudah dikenalnya saja dan lebih jarang membuka obrolan dengan orang baru. Akibatnya dalam hal apapun, laki-laki akan lebih mudah mengajak orang lain dibandingkan perempuan.

Meskipun muncul gagasan itu, pertanyaanku ini masih belum menemukan jawaban pasti yang bisa memuaskanku. Mungkin aku perlu lebih banyak berdiskusi untuk bisa menemukan jawaban itu. Atau kalian yang membaca ini bisa saja memiliki jawaban dan sejujurnya aku sangat ingin tahu pendapat dari lebih banyak sudut pandang. Atau mungkin apa yang aku pertanyakan ini hanya karena sebenarnya aku tidak lebih sering melihat area laki-laki? Mungkin aku hanya melihat hal-hal baik dari apa yang tidak secara konstan aku perhatikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Childhood Memories: JKT 48

Tentang Menjadi Muslimah: Ikhlas

Diri yang Berkembang: Peran