Childhood Memories: Loving to be a Storyteller

Mendongeng adalah sebuah kemampuan yang memberikanku banyak pengalaman tak terlupakan. Perjalanan ini dimulai saat kelas tiga aku belajar mendongeng untuk tampil.


Kalau tidak salah ini foto ketika aku sukarela mendongeng di depan kakak-kakak pramuka

---


Satu hari, sekolahku akan mengirimkan seorang siswa untuk mengikuti lomba mendongeng. Aku tidak ingat bagaimana akhirnya menjadi perwakilan itu, tapi dengan senang hati aku mengikutinya.  Pelajaran pertama dimulai ketika aku diajak oleh ibuku mengunjungi temannya yang ahli dalam dongeng-mendongeng ini. Buktinya ada langsung pada anaknya yang memiliki prestasi pernah memenangkan lomba storytelling. Aku ingat beliau menceritakan anaknya pernah memenangkan piala yang tingginya hampir sama dengan tubuh. Ada satu nasehat beliau yang sangat membekas saat sedang melatihku yang intinya seperti ini,

“kamu harus seperti sedang cerita ke mamamu. Kamu mendongeng itu seolah-olah ceritamu sendiri dan orang lain harus mendengarkan. Bukan sekedar membacakan cerita yang sudah ada kepada orang lain."  


Sampai pada hari dimana perlombaan itu tiba. Aku bersama teman-temanku yang mengikuti perlombaan lainnya didampingi seorang guru datang ke sebuah sekolah negeri. Aku memasuki sebuah ruang kelas sendiri setelah diantarkan oleh guruku. Menggunakan seragam batik sekolah berwarna hijau memasuki ruangan, aku melihat peserta lain mempersiapkan diri. Perlombaan dimulai dengan nomor urut yang sudah ditentukan. Ketika sudah gilirannya, kami menampilkan dongeng di depan peserta lain dan juri. Sampai nomor urut dan namaku dipanggil, aku maju dengan perasaan gugup. 


---


Seorang janda tua yang bekerja sebagai nelayan, suatu hari menemukan sebuah keong emas tersangkut dalam jaringnya. Mulanya ingin membuangnya tetapi ia memutuskan untuk membawanya pulang. Sejak hari itu setiap janda itu pulang, selalu ada makanan yang sudah tersaji dan keadaan rumah bersih. Keanehan itu membuat sang janda satu hari berpura-pura keluar tetapi sebenarnya bersembunyi sambil mengawasi. Tidak disangka, seorang gadis yang cantik jelita muncul dari keong emas yang dibawanya hari itu. Janda tersebut akhirnya keluar dari persembunyian, mengagetkan gadis itu, dan menyampaikan kebingungannya. Gadis itu ternyata adalah seseorang yang dikutuk oleh keluarga tirinya agar tidak bisa bertemu dengan sang pangeran pujaan hati. Dari situ si gadis tidak lagi bersembunyi sebagai keong melainkan hidup berdampingan dengan sang janda. Sampai suatu hari, mampir seorang laki-laki yang dalam perjalanannya merasa lelah dan hilang arah. Disambut oleh sang janda kemudian si gadis menyediakan suguhan. Ternyata gadis itulah yang dicari pria tersebut selama ini. Si gadis dan sang pangeran kemudian hidup bahagia dan membawa janda itu tinggal bersama.


--- 


Cerita selesai, aku berterima kasih lalu kembali duduk di tempatku sebelumnya. Peserta berikutnya maju sampai semua selesai dan kami boleh meninggalkan ruangan jika guru kami sudah datang. Ketika hendak keluar, aku melewati salah satu juri sambil berterima kasih sekali lagi. Beliau melihatku sambil tersenyum dan menyempatkan untuk berkata, 

“tadi kamu ceritanya bagus ekspresinya tapi suaranya kurang keras jadi ngga kedengeran” 


Aku keluar dari ruangan dengan senyuman menyampaikan hal tersebut pada guruku. Kami berkumpul bersama teman-teman yang lainnya sambil menunggu keseluruhan acara selesai untuk pengumuman hasil pemenang. Sayangnya, hari itu aku masih belum bisa membawa piala pulang. Itu adalah lomba yang pertama kali aku ikuti dan sangat berpengaruh padaku. Baik proses menuju perlombaan hingga dampak setelahnya.


Singkat cerita mendekati akhir semester tahun yang sama, sekolahku mengadakan rangkaian perlombaan. Salah satunya adalah lomba mendongeng. Aku tentu saja mengikutinya, membawakan cerita yang sama dan berakhir memenangkannya. Salah satu hadiah dari lomba tersebut adalah bisa tampil dalam pensi akhir tahun di depan lebih banyak orang. 


Kemampuan itu juga membawaku pada kesempatan menjadi contoh menyampaikan cerita untuk kakak kelas. Aku tiba-tiba dipanggil guru dan diminta untuk menampilkan cerita sebuah naskah yang sudah ada di buku paket. Diberi waktu membaca dan mengingatnya sekilas kemudian menampilkannya langsung di depan ruangan kelas lima. Seingatku itu adalah sebuah cerita fabel tentang kelinci yang memiliki ketakutan untuk menyeberang sebuah jembatan. Aku merasa berhasil melakukannya walaupun hanya sebentar mempersiapkan diri. Meskipun setelah kembali ke kelasku sempat memikirkan seharusnya aku melakukan adegan-adegan dalam cerita dengan cara yang lain.


Ada lagi perlombaan yang aku ikuti dalam versi bahasa Inggris, storytelling. Karena aku dianggap mampu berbahasa Inggris lancar, storytelling menjadi tampilan yang lebih 'wah'. Pada akhirnya aku lebih banyak melakukan storytelling dibandingkan mendongeng (dalam bahasa Indonesia). Lomba yang kuingat ada di sekolah yang diselenggarakan susu Zee dua tahun sekali dan lomba yang diadakan suatu SMP negeri. Aku baru menang kembali di lomba terakhirku dalam sebuah acara yang diselenggarakan yayasan thalasemia, bercerita tentang keluarga. 


Ketika masuk sekolah menengah, aku tidak lagi mengikuti lomba-lomba storytelling. Ada temanku yang lebih berpengalaman pernah menang dan aku terlalu pasif. Namun, aku masih menyukainya, aku menikmati harus tampil menyampaikan sebuah cerita. Ini juga membantuku untuk semua jenis ujian praktik yang mengharuskan tampil. Di SMA, aku mengikuti ekstrakuriuler bahasa Inggris dan masih terus mencoba. Setiap diminta untuk tampil sebagai latihan aku selalu senang, hanya saja aku tidak berani mengikuti lomba. 


Pada akhirnya, kemampuan ini membantuku untuk lebih tidak menganggap sulit setiap kali harus bicara di depan. Meskipun hasilnya tidak selalu memuaskan, tapi aku tidak gugup berlebihan untuk waktu yang lama. Untuk kuliah, aku mencoba melatih diriku dalam konteks public speaking secara umum, bukan lagi mendongeng atau story telling. Namun, masih ada keinginan dalam diriku untuk menjadi pendongeng dewasa, ikut dalam komunitasnya dan menjadi volunteer. Mungkin satu hari nanti kalian akan melihatku mendongeng di suatu tempat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Childhood Memories: JKT 48

Tentang Menjadi Muslimah: Ikhlas

Diri yang Berkembang: Peran