Postingan

Hilang #Cerpen

     Langit yang sudah memerah oleh sisa-sisa cahaya matahari yang terbiaskan awan menyajikan pemandangan tak terlupakan. Batas samudera dengan langit tak lagi bisa dibedakan. Matahari yang akan kembali bersembunyi dipantulkan air dengan indahnya. Tak ada orang yang akan melewatkan lukisan Tuhan yang ditunggu-tunggu setiap pengunjung yang datang ke pantai. Sayangnya pada hari itu tak ada orang yang tertarik untuk melihatnya. Semua gundah, bahkan sore itu diwarnai tangisan akan hilangnya seorang diantara salah satu rombongan pengunjung mahasiswa. Mereka terus berteriak memanggil sebuah nama yang tidak tampak sejak terakhir ia pergi berjalan di sekeliling pantai seorang diri.  Anggika, mahasiswi yang tengah berlibur bersama teman-temannya, adalah nama orang yang dicari semua orang. Sejak disadari ketiadaannya selama beberapa jam tidak kembali, sahabatnya, Aurel, langsung menyampaikannya pada teman-teman yang lain. Itu sudah tiga jam yang lalu. Awalnya semua berharap An...

Tentang Menjadi Muslimah: Selalu Kembali Kepada Allah

Awalnya postingan ini hanya berisikan satu gagasan tentang semua kembali pada Allah. Keresahanku dalam memulai sebuah cerita fiksi. Kemudian ketika mengingat kembali apa yang baru saja kubaca di sosial media. Ada gagasan lain yang menguatkan pemahaman itu hingga tertuanglah yang aku tumpahkan dalam tulisanku kali ini.  Menulis sebuah cerita fiksi pastinya perlu menggunakan logika pemecahan masalah yang bisa diterima oleh pembaca. Harus ada solusi yang sesuai dan tidak terlalu menghayal agar bisa lebih diterima atau istilahnya relatable. Bukan sekedar sifat memaafkan dari tokoh utama yang terlampau baik kemudian semua masalah selesai. Bukan juga hanya menggantungkan semuanya tanpa ada kepastian apapun dalam semua masalah yang terjadi. Meskipun terkadang ada yang menyukai akhir tidak tuntas, tapi itu harus memiliki alasan yang jelas, bukan sekedar karena penulisnya ingin mengakhirinya disitu.  Aku ingin menulis sebuah cerita di sebuah platform . Aku tahu bagaimana alur yang aku ...

Tentang Menjadi Muslimah: Jawaban

Perkataan adalah doa, ucapan harus jujur. Dua hal itu haruslah berjalan seiringan dalam berbicara.  Tapi pernahkah kamu menjawab sebuah pertanyaan dengan sangat bijak mengenai suatu hal hingga terkadang kamu mempertanyakan pada dirimu sendiri, "sehebat apakah dirimu hingga berani mengatakannya?" Konteksnya bisa berupa apa saja, dalam hal spiritualitas pribadi, ilmu, dan wawasan yang kita miliki. Apakah selama ini sudah selalu jujur, kalaupun berbohong atau setidaknya berbicara sedikit lebih hebat dari yang sebenarnya, apakah itu secara sadar pada saat itu juga? Apakah jawaban yang kita berikan sepenuhnya sesuai dengan pemahaman diri terhadap pribadi dan karakter kita? Atau itu hanya jawaban paling diplomatis yang bisa kita sampaikan dan syukurnya terpikir pada saat itu juga?  Pertanyaan-pertanyaan ini pertama kali muncul ketika aku mengikuti magang ormawa yang berkaitan dengan Islam. Pada saat itu aku ingat bisa menjawab dengan mudah bagaimana pendapatku tentang mencapai tuju...

What does it really feels like?

Menjadi seorang manusia adalah dengan memiliki perasaan pada diri sendiri dan orang lain. Senang, sedih, simpati, empati, rindu, marah, dan mungkin masih ada banyak jenis perasaan lainnya. Semuanya normal dirasakan oleh manusia dan justru aneh jika tidak mengalaminya. Bentuk dari perasaan ini berupa keadaan mental yang kemudian ditunjukkan dengan perilaku kita. Tapi pernahkah kamu begitu bingung dengan apa yang sebenarnya kamu rasakan? Atau justru merasa bingung "kenapa aku tidak merasakan apa yang dirasakan orang lain? kenapa aku tidak melakukan sesuatu padahal situasi yang dihadapi sama?" Sebenarnya ini adalah keresahan pribadi yang aku miliki. Pertanyaan tentang ini mulai timbul sejak SMA dan semakin besar ketika aku mulai kuliah di jurusan Psikologi. Begitu banyak yang aku tangkap dalam menghadapi suatu peristiwa sampai perasaan itu semakin tidak menentu dapat dideskripsikan dengan apa. Keresahan ini semakin membingungkan hingga aku akhirnya ingin meluruskan beberapa dian...

This Whole Three Years in High School #1

Tiga tahun adalah waktu yang tidak singkat namun terasa cepat dalam waktu bersamaan. Terutama karena situasi pandemi yang terjadi di tahun terakhir yang memaksa untuk sekolah dari rumah saja. Kehidupan SMA ku cukup berkesan untuk menjadi cerita yang dapat dikenang sampai waktu yang tidak ditentukan. Semoga saja melalui apa yang kutulis, kamu bisa memahami seberapa kenangan itu manis dan pahit.  Kelas 10 adalah sebuah permulaan yang memberikan beberapa peristiwa lucu, mengesalkan, memalukan, dan mengharukan. Masa ini adalah percobaan bagiku untuk melakukan banyak hal. Mulai dari hal tak terduga mengenai diriku yang kembali satu kelas dengan dua teman yang selalu menjadi saingan dalam hal nilai di SD sampai pada aku menemukan kerumitan kisah cinta yang terjalin sesama teman sekelas. Itu termasuk masa-masa paling indah yang tertanam dalam ingatanku dan kurasa ingin kukenang seterusnya melalui tulisan ini.  Semua siswa pasti memulai sekolah dengan yang namanya MPLS atau MOS. Sekol...

Childhood Memories: I Was a Karate Athlete

Aku pernah membawa medali tapi juga pernah K.O. di pertandingan. Aku dijuluki Putri Solo karena terlihat lemah lembut diantara atlet yang harus terlihat gagah berani. Dua hal itu yang sangat kuingat tentang menjadi seorang Atlet Karate -dulu. *** Semuanya bermula ketika aku kelas 3 di sebuah sekolah swasta. Di tahun itu tiba - tiba ada ekstrakurikuler baru yaitu Karate dan kalau aku tidak salah ingat ekskul ini wajib untuk diikuti mulai dari angkatanku. Aku tidak terlalu ingat bagaimana aku menanggapi hal ini dulu tapi sepertinya aku cukup excited karena ayahku pernah bercerita beliau juga pernah menjadi seorang atlet bela diri.  Club dan awal semuanya. Setiap bela diri pasti memiliki suatu perkumpulan atau club sesuai dengan instansi yang menanunginya, mulanya SDku masih berada satu Club dengan UKM Universitas dimana yayasan sekolahku tergabung. Yang kemudian karena itu, beberapa anak yang terpilih atau bersedia untuk lebih intensif latihan Karate akan dirujuk ke UKM Universitas...

Childhood Memories: My First Birthday Present

Ada ingatan yang tiba - tiba terlintas kembali. Tentang salah satu ulang tahunku yang nyatanya tak pernah dirayakan namun pada hari itu aku mendapat sebuah boneka. Ingatan tentang ini karena aku yang entah darimana membaca sesuatu tentang boneka.  Keluargaku tak pernah merayakan ulang tahun setiap anggotanya. Tapi hari itu, aku yang masih SD tak tahu kalau kami tak seharusnya merayakannya dalam agamaku. Aku yang seringkali melihat teman - temanku hari lahirnya dirayakan dengan kue, berharap aku akan diperlakukan sama. Namun seharusnya aku sadar tak ada satupun kakakku yang pernah diberikan hal yang sama. Lalu tanpa sengaja aku dengan senangnya mengatakan pada tetangga depan rumahku -yang memang cukup dekat dengan keluargaku- bahwa hari itu tanggal 13 Juli aku berulang tahun. Beliau memintaku datang ke rumahnya. mengajakku memasuki salah satu kamar yang berisi seorang pria yang masih berada di kasurnya. "Itu masnya dibangunin, bilang hari ini aku ulang tahun." Aku tak pernah ...